Game Assassin’s Creed Shadows memang menjadi topik panas sejak diumumkan pertama kali tahun ini. Game ini menampilkan dua karakter utama, yaitu Samurai berkulit hitam bernama Yasuke dan juga Assassin bernama Naoe. Banyak pro dan kontra yang muncul terkait game ini, dimana berbagai pihak berdebat tentang akurasi sejarah Yasuke. Dan sekarang, sebuah petisi dari gamer Jepang telah muncul menolak game tersebut. Apakah benar?
Sebuah petisi Change.org dari Jepang telah muncul menolak game Assassin’s Creed Shadows dengan alasan bahwa sejarah Yasuke tidak akurat dan menganggap studio tersebut mempermainkan budaya Jepang. Petisi ini dibuat oleh pengguna dengan nama Shimizu Toru. Dalam deskripsi petisi yang telah ditandatangani oleh lebih dari 30.000 orang, dijelaskan alasan mengapa game Assassin’s Creed Shadows harus dibatalkan dan Ubisoft harus melakukan penelitian ulang tentang sejarahnya.
Karena petisi ini ada di Change.org, orang-orang dari seluruh dunia dapat menandatangani petisi tersebut. Meskipun banyak pengguna dari luar Jepang turut serta dalam petisi ini, namun tidak berarti tidak ada netizen Jepang yang ikut berpartisipasi. Komentar-komentar dalam bahasa Jepang juga menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap ketidakakuratan sejarah yang digunakan.
Namun, apakah game ini akan dibatalkan karena petisi ini? Kemungkinannya sangat kecil. Ubisoft sendiri sudah merencanakan perilisan pada bulan November tahun ini, sehingga sangat sulit untuk membatalkannya. Meskipun demikian, hal ini tetap menjadi perdebatan yang menarik di kalangan para gamer dan penggemar Assassin’s Creed.
Sejarah Yasuke memang menjadi sorotan utama dalam kontroversi ini. Yasuke sendiri adalah seorang Samurai Afrika yang pernah menjadi pengawal Oda Nobunaga pada abad ke-16. Namun, banyak yang meragukan akurasi cerita yang disajikan dalam game ini. Beberapa netizen bahkan mempertanyakan apakah Yasuke benar-benar memiliki hubungan dengan Assassins dalam cerita Assassin’s Creed Shadows.
Penting untuk diingat bahwa game adalah karya fiksi dan seringkali mengambil kebebasan artistik dalam menafsirkan sejarah. Meskipun begitu, penting juga bagi pengembang game untuk menghormati budaya dan sejarah yang mereka ambil inspirasi darinya. Oleh karena itu, petisi ini menjadi sebuah panggilan untuk Ubisoft agar lebih teliti dalam menyajikan cerita sejarah dalam game mereka.
Tentu saja, keputusan akhir tetap berada di tangan Ubisoft. Namun, dengan adanya petisi ini, diharapkan mereka dapat mendengarkan suara para penggemar dan melakukan peninjauan ulang terhadap aspek sejarah dalam game mereka. Sebagai pecinta game, kita semua tentu ingin melihat game yang berkualitas dan menghormati sejarah yang menjadi inspirasinya.
Dalam kesimpulan, kontroversi seputar game Assassin’s Creed Shadows membawa kita pada diskusi yang penting tentang bagaimana sejarah dan budaya dipresentasikan dalam dunia game. Semoga petisi ini dapat menjadi awal dari perubahan positif dalam industri game, di mana pengembang lebih memperhatikan akurasi sejarah dan menghormati budaya yang mereka angkat dalam karya mereka.